Kamis, 31 Mei 2012

Jepang Dan Rusia berusaha Menghidupkan kembali binatang purba (MAMMOTH)

Mammoth The dung was packed within the intestine of this frozen woolly mammoth. It is known as the Yukagir mammoth for the Siberian village near where it was found in 2002. The mammoth's permafrost tomb preserved its head, tusks, front legs, and parts of its stomach and intestinal tract. From its bones and enormous tusks, the scientists who rushed to the site (including mammoth experts Dick Mol, left, and Larry Agenbroad) guessed that the mammoth was an old male that when alive stood over nine feet tall at the shoulder and weighed four to five tons. From the dung ball, they learned heaps more. Ilmuwan dari Jepang dan Russia melihat adanya kemungkinan untuk mengklon gajah purba tersebut setelah menemukan sample tulang bagus dari tanah beku di Siberia. Menemukan inti sel seekor mammoth yang sempurna merupakan tantangan terbesar bagi para ilmuwan yang ingin menghidupkan kembali gajah purba ini semenjak tahun 90an. Dan jika penemuan pada bulan Agustus kemarin ini sukses, sebuah tonggak baru dalam sejarah ilmu pengetahuan akan terbentuk. Tim dari Universitas Kinki Jepang dan museum mammoth Sakha Republic Rusia berhasil menemukan tulang sumsum mammoth dalam kondisi yang cukup baik dari sebuah gading tebal yang mereka ambil dari tanah beku Siberia. Menurut para ilmuwan tersebut, dengan mengganti inti sel dari seekor gajah dengan apa yang didapat dari sel tulang sumsum mammoth, embryo seekor mammoth dapat diproduksi. Langkah selanjutnya adalah menaruh embryo mammoth itu ke dalam rahim seekor gajah. Dan jika penelitian ini sukses, gajah-gajah di taman safari pasti senang dapat melihat kerabat tua mereka kembali. Global warming yang melanda dunia telah mencarikan daratan beku di daerah bagian timur Rusia, mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah penemuan fossil gajah purba tersebut di sana.
MOSKWA, — Bak mesin waktu, para ilmuwan Rusia berhasil menghidupkan kembali tanaman bunga yang hidup di Zaman Es puluhan ribu tahun lalu. Mereka mengklaim bahwa ini adalah tanaman bunga paling tua yang pernah dibudidayakan kembali. Sebuah foto yang dirilis The Institute of Cell Biophysics of the Russian Academy of Sciences, Senin (20/2/2012), menunjukkan tanaman dengan batang pendek dan bunga berukuran kecil berwarna putih. Tidak hanya tumbuh sempurna, tanaman tersebut juga menghasilkan biji yang fertil/subur untuk kelangsungan hidupnya. Para ilmuwan menamakannya Silene stenophylla sesuai dengan bentuknya. Silene merupakan genus bunga liar yang hidup di daratan Eropa. Stenophylla berasal dari bahasa Yunani Kuno stenos yang berarti pendek dan phyllon yang berarti daun. Uniknya, sumber bahan baku yang digunakan untuk menumbuhkan kembali tanaman berbunga ini bukanlah dari bijinya, melainkan dari jaringan fosil buah yang ditemukan bersama sejumlah biji-bijian di dalam sarang tupai yang diperkirakan terkubur di lapisan es sejak 30.000 tahun lalu. Meski sangat tua, jaringan buah-buahan tersebut terawetkan dengan baik di lapisan es atau permafrost yang sangat dingin. Hasil penelitian ini dipublikasikan di The Proceedings of The National Academy of Sciences terbaru yang terbit edisi Selasa (21/2/2012). Para ilmuwan Rusia menyatakan, penelitian ini menunjukkan bahwa permafrost menyimpan jejak kehidupan masa lalu dengan sangat baik. Beberapa tahun lalu, ilmuwan Rusia juga menemukan fosil anak mammoth atau gajah purba di lapisan es Siberia dalam kondisi jaringan yang terawetkan dengan sangat baik. Bersama-sama dengan para peneliti Jepang, mereka coba menghidupkan kembali mammoth dengan teknik kloning di tubuh gajah. Nah, apakah kelak mammoth dan makhluk-makhluk masa lalu bakal bisa dihidupkan juga seperti tanaman bunga tersebut? Siapa tahu kan?

Selasa, 08 Mei 2012